Majas adalah bahasa yang mengandung makna
kias yang dapat menghidupkan dan membangkitkan daya tarik.
Majas
perbandingan
a. Asosiasi/perumpamaan/simile
Memakai kata sebagai, bak, seperti,
laksana.
Contoh:
·
Mukanya
pucat bagaikan
bulan kesiangan.
·
Bibirnya
seperti delima
merekah.
·
Kedatanganmu
bagai lilin dimalam
hari.
b. Metafora
Memperbandingkan dua hal karena kesamaan sifat yang dimiliki.
Contoh:
·
Bunga bangsa gugur di medan perang.
·
Dia
adalah pelita hatiku.
·
Dewi malam telah keluar dari peraduannya.
c.
Personifikasi
Mengorangkan benda mati.
Contoh:
·
Peluit
kereta api menjerit.
·
Senja
memanggil burung
kesayangannya.
·
Niur
melambai-lambai.
d. Alegori
Memakai perbandingan langsung atau utuh, keduannya bertautan langsung.
Contoh:
·
Hati-hatilah
anda berdua dalam mengarungi samodra yang
penuh bahaya, gelombang
topan, dan badai.
Apabila nakhoda dan
juru mudi
senantiasa setia sekata dalam melayarkan bahterannya. Niscaya akan tercapai tanah tepi yang
menjadi idaman.
e.
Tropen
Menggunakan kata kias secara tepat atau sejajar dengan sesuatu yang
dimaksud.
Contoh:
·
Pekerjaannya
hanya mengukur jalan saja.
·
Sepanjang
waktu cecep hanya mengubur
dirinya di kamar.
Majas
pertentangan
a. Hiperbola
Menyangatkan.
Contoh:
·
Suaranya
membelah angkasa.
·
Sejuta kenangan mengusik pikiranku.
·
Anak
itu larinya secepat kilat.
b. Litotes
Merendahkan diri atau menghormati agar terasa lebih sopan.
Contoh:
·
Silahkan
makan walaupun hanya dengan kecap saja.
·
Sumbangan
ini hanyalah setetes air
pemuas dahaga.
·
Silahkan
mampir ke gubuk
saya.
c.
Antitesis
Menggunakan kata yang berlawanan.
Contoh:
·
Hidup dan mati di tangan Tuhan.
·
Suka duka kami nikmati bersama.
·
Tua muda, besar kecil, ataupun kaya
miskin semua berkumpul
di tanah lapang.
d. Paradok
Mengandung pertentangan nyata, dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh:
·
Badannya
besar, tetapi
nyalinya kecil.
·
Hani
merasa kesepian di
tengah-tengah keramaian.
·
Orang
itu kaya tetapi miskin.
e.
Oksimoron
Menggungkapkan dua maksud yang berlawanan.
Contoh:
·
Pertahanan
yang paling baik adalah menyerang.
·
Keramahtamahan yang bengis selalu ditunjukkan kepada mereka.
f.
Kontradiksi
intermisis
Menunjukkan pertentangan dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya.
Contoh:
·
Semua
warga telah tranmigrasi, kecuali
keluarga Pak winarso.
·
Semua
undangan telah hadir, selain
Bapak Lurah.
g.
Anakhronisme
Menunjukkan hal yang tidak mungkin terjadi mengingat perkembangan
sejarah.
Contoh:
·
Begitu
lahir ia memanggil
ibunya.
·
Perang
Majapahit waktu itu
diawali dengan perang rudal
yang mengerikan.
Majas
pertautan
a. Alusio
Menggunakan peribahasa yang yelah umum dan diperkirakan semua orang telah
memahami maknanya.
Contoh:
·
Hati-hati
jangan sampai terjadi peristiwa
madiun terjadi lagi.
·
Ah,
kamu itu gaharu cendana
pula.
·
Perbuatan
anak itu sekali merengku dayung dua tiga pulau terlampaui.
b. Metonimia
Berkaitan dengan merk perusahaan.
Contoh:
·
Ia
sedang menghisap gudang
garam.(rokok)
·
Ke
sekolah ia naik honda.(motor/mobil)
·
Ayah
membeli djarum.(rokok)
c.
Sinekdoke pars pro toto
Menyebut sebagian untuk seluruh.
Contoh:
·
Dian
membeli tiga ekor
lembu.
·
Setiap
kepala dikenakan
sumbangan seribu rupiah.
·
Mamat
belum menampakkan batang
hidungnya hari ini.
d. Sinekdoke totem pro
parte
Menyebut seluruh untuk sebagian.
Contoh:
·
Indonesia akhirnya menang 2-0 atas malaysia.
·
SMU 7 menjuarai lomba baca puisi.
·
Terjadi
tawuran antar pelajar SMA
21 dengan SMA 5.
e.
Eufemisme
Menggunakan kata-kata pantang atau kata-kata sopan.
Contoh:
·
Anak
itu agak terganggu pikirannya.(gila)
·
Maaf,
kami ikut ke belakang
sebentar.(WC)
·
Karena
pegawai itu tidak disiplin, pegawai itu diberhentikan.(dipecat)
f.
Inversi
Dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh:
·
Paman
saya wartawan.(wartawan, paman saya.)
·
Dia
datang.(datang dia)
g.
Alusi
Menunjuk secara tidak langsung pada tokoh atau peristiwa yang sudah
diketahui banyak orang.
Contoh:
·
Banyak
korban berjatuhan akibat kekejaman
Nazi.
·
Apakah
setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakhri?
h. Elipsis
Kalimatnya terdapat penghilang kata atau bagian kata.
Contoh:
·
Dia
dan Ibunya ke Tasikmalaya. (penghilang predikat pergi)
·
Lari!(penghilang
subjek kamu)
i.
Antonomasia
Menyatakan sesuatu hal menjadi pengganti yang diterangkan/julukan.
Contoh:
·
Nah
itu dia , si Kriting
datang.
·
Si Gendut kini telah tiada.
Majas
penegasan
a. Pleonasme
Menggunakan kata yang berlebih-lebihan.
Contoh:
·
Mereka
turun ke bawah
gunung, sambil bergandengan.
·
Aku
melihat dengan mata
kepalaku sendiri.
·
Mereka
maju ke depan kelas
dengan senang hati.
b. Repetisis
Mengulang-ulang kata untuk menegaskan maksud.
Contoh:
·
Sekali
tidak takut, tetap tidak takut.
·
Betul, sungguh betul dia yang mengambilnya.
·
Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga
bangsaku.
c.
Klimaks
Menyatakan hal berturut-turut makin lama makin meningkat(naik).
Contoh:
·
Mula-mula
ia hanya mengeluh,
kemudian merintih, lalu
menangis akhirnya menjerit kesakitan.
·
Semua
jenis kendaraan, mulai dari sepeda,
motor, sampai mobil,
berjejer memenuhi halaman rumah Pak Kades.
·
Baik
itu Pak RT, kepala desa,
camat, bupati, gubernur,
maupun presiden,
memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
d. Antiklimaks
Menyatakan hal berturut-turut makin lama makin menurun(lemah).
Contoh:
·
Jangankan
sepuluh ribu, lima ribu, setatus pun aku tak
punya.
·
Gedung-gedung, rumah-rumah, dan
gubuk-gubuk, semuanya
mengibarkan Sang Merah Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan itu.
·
Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid, sudah hadir di lapangan
upacara.
e.
Retoris
Kalimat tanya yang sudah diketahui penanya, tujuannya untuk memberikan
penegasan pada masalah yang diuraikan, untuk menyakinkan, ataupun sebagai
sindiran.
Contoh:
·
Siapa
yang tidak ingin hidup bahagia?
·
Apa
ini hasil pekerjaanmu selama bertahun-tahun ini?
·
Apakah
ini orang yang selama ini kamu banggakan?
f.
Aliterasi
Menggunakan kata-kata yang huruf awalnya sama.
Contoh:
·
Dara damba daku, datang dari danau.
·
Inilah indahnya
impian, insan ingin ingkar.
·
Gue gak
gaul gara-gara gue galau.
g.
Paralelisme
Menggunakan kata berulang-ulang. Jika yang diulang kata awal kalimat
dinamakan anafora,
sedangkan lawannya epifora.
Contoh:
Ø Anafora
·
Ikut hati mati,
Ikut mata buta,
Ikut rasa binasa.
·
Sunyi itu duka,
Sunyi itu kudus,
Sunyi itu lupa,
Sunyi itu lampus.
Ø Epifora
·
Sabar
itu baik,
Mengalah itu baik
Diam itu baik.
h. Koreksio
Dipakai jika kita ingin menarik perhatian dengan cara meralat apa yang
sebenarnya memang di sengaja dibuat salah.
Contoh:
·
Orang
itu sahabatku, oh bukan, bapakku.
·
Dia
ada di kantor, oh bukan,
dia ada di kamar mandi.
i.
Preiterito
Berpura-pura/menyembunyikan maksud yang sebenarnya dan berharap pendengar
menyimpulkan sendiri apa maksud yang ada.
Contoh:
·
Tak perlu saya sebutkan siapa pencurinya, itu di antara kita, kita semua telah
tahu.
j.
Enumerasio
Setiap keadaan/suasana dilukiskan secara berpisah-pisah agar keadaan
lebih terang, bergerak, dan hidup.
Contoh:
·
Awan tebal bergerak. Angin bertiup kencang. Lambat laun hujan turun. Petir seperti membelah
lembah itu.
k.
Ekslamasio
Menggunakan kata seru sebagai penegas.
Contoh:
·
Wah, bagus banget!
·
Aduhai, indahnya akrobat udara kemarin.
l.
Asindenton
Menyebutkan pemerian beberapa hal, berturut-turut tanpa menggunakan kata
penghubung.
Contoh:
·
Meja, kursi, lemari, tikar, bantal, berserakan di dalam kamar.
·
Bumi, bulan, bintang-bintang, merupakan ciptaan Tuhan.
m. Polisindenton
Menggunakan kata penghubung.
Contoh:
·
Setelah ia pulang maka ia mengambil buku dan sepeda, lalu menjenguk neneknya di kampung.
n. Antanaklasis
Menggulang kata yang sama, dengan makna yang berbeda.
Contoh:
·
Karena
buah penanya yang
kontorvesial, dia menjadi buah
bibir masyarakat.
·
Kita
harus saling menggantungkan
dirisatu sama lain. Jika tidak, kita telah menggantung diri.
o. Kiasmus
Kalimat yang mengandung perulangan dan inversi.
Contoh:
·
Yang
kaya merasa dirinya
miskin, sedangkan
yang miskin merasa
dirinya kaya.
·
Dalam
kehidupan ini banyak orang pintar
yang mengaku bodoh,
dan orang bodoh
banyak yang merasa dirinya pintar.
Majas
sindiran
a. Ironi
Menggunakan kata pertentangan dengan yang dimaksud.
Contoh:
·
Baru pukul dua malam mengapa engkau sudah pulang.(yang
dimaksud sudah pukul dua malam mengapa baru pulang).
·
Wah,
sungguh rajin benar
kamu, siang-siang begini masih tiduran!(yang dimaksud dia malas, masih
tiduran).
·
Rajin
sekali kamu, lima hari tidak masuk sekolah. (yang dimaksud mengapa tidak masuk
sekolah selama lima hari)
b. Sinisme
Menyindir, tetapi lebih kasar daripada ironi.
Contoh:
·
Dasar,
kalau omong tidak pernah diatur!
·
Dasar perut karet, apa pun masuk sampai ludes.
·
Bisa-bisa
jadi gila melihat kelakuan itu!
c.
Sarkasme
Sindiran kasar, tak layak diucapkan, tidak sopan, menyakitkan telinga.
Contoh:
·
Jijik aku memandangmu yang tak jauh dari anjing liar.
·
Pergi
kau bangsat! Jangan
lama di sini!
Tidak ada komentar :
Posting Komentar