• HOME
  • KELUARGA
    • Kegiatan Liburan Akhir Tahun 2014
    • Pengertian Keluarga
    • Hal yang Membuat Orang Tua Bahagia
    • Cara Menjaga Hubungan Baik Antara Kakak dan Adik
    • Mengurangi Pertengkaran Kakak Adik
  • PENDIDIKAN
    • Ulangan Harian 1 Semester II Kelas IXg Tahun Pelajaran 2014/2015
    • Etika Chatting
    • Majas
    • Peribahasa Beserta artinya
    • Pengertian Iklan Baris
  • SEJARAH
    • Asal Mula Kampung Jomblang
    • sejarah Olahraga Bloa Basket
    • Sejarah Islam Di Indonesia
    • Sejarah Kabupaten Bantul
    • Sejarah Olahraga Bola Voli
  • AGAMA
    • Hewan-hewan yang Diharamkan Syariat
    • Pengertian Sholat Tahajud
    • Hukum Islam
    • Sholat
    • Berwudhu
  • ORKESMUS
    • Lirik Lagu Stinky 'Mungkinkah'
    • Cara Menebalkan Alis dan Bulu Mata Pada Pria dan Wanita dengan Cepat dan Alami
    • Lirik Lagu 'Dekat Dihati' RAN
    • Senam Lantai
    • Pengertian Musik Rock, Dangdut, Pop

Rabu, 25 Februari 2015

Majas



Majas adalah bahasa yang mengandung makna kias yang dapat menghidupkan dan membangkitkan daya tarik.
Majas perbandingan
a.       Asosiasi/perumpamaan/simile
Memakai kata sebagai, bak, seperti, laksana.
Contoh:
·         Mukanya pucat bagaikan bulan kesiangan.
·         Bibirnya seperti delima merekah.
·         Kedatanganmu bagai lilin dimalam hari.
b.       Metafora
Memperbandingkan dua hal karena kesamaan sifat yang dimiliki.
                Contoh:
·         Bunga bangsa gugur di medan perang.
·         Dia adalah pelita hatiku.
·         Dewi malam telah keluar dari peraduannya.

c.        Personifikasi
Mengorangkan benda mati.
Contoh:
·         Peluit kereta api menjerit.
·         Senja memanggil burung kesayangannya.
·         Niur melambai-lambai.
d.       Alegori
Memakai perbandingan langsung atau utuh, keduannya bertautan langsung.
Contoh:
·         Hati-hatilah anda berdua  dalam mengarungi samodra yang penuh bahaya, gelombang topan, dan badai. Apabila nakhoda dan juru mudi senantiasa setia sekata dalam melayarkan bahterannya. Niscaya akan tercapai tanah tepi yang menjadi idaman.
e.        Tropen
Menggunakan kata kias secara tepat atau sejajar dengan sesuatu yang dimaksud.
Contoh:
·         Pekerjaannya hanya mengukur jalan saja.
·         Sepanjang waktu cecep hanya mengubur dirinya di kamar.
Majas pertentangan
a.       Hiperbola
Menyangatkan.
Contoh:
·         Suaranya membelah angkasa.
·         Sejuta kenangan mengusik pikiranku.
·         Anak itu larinya secepat kilat.
b.       Litotes
Merendahkan diri atau menghormati agar terasa lebih sopan.
Contoh:
·         Silahkan makan walaupun hanya dengan kecap saja.
·         Sumbangan ini hanyalah setetes air pemuas dahaga.
·         Silahkan mampir ke gubuk saya.
c.        Antitesis
Menggunakan kata yang berlawanan.
Contoh:
·         Hidup dan mati di tangan Tuhan.
·         Suka duka kami nikmati bersama.
·         Tua muda, besar kecil, ataupun kaya miskin semua berkumpul di tanah lapang.
d.       Paradok
Mengandung pertentangan nyata, dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh:
·         Badannya besar, tetapi nyalinya kecil.
·         Hani merasa kesepian di tengah-tengah keramaian.
·         Orang itu kaya tetapi miskin.


e.        Oksimoron
Menggungkapkan dua maksud yang berlawanan.
Contoh:
·         Pertahanan yang paling baik adalah menyerang.
·         Keramahtamahan yang bengis selalu ditunjukkan kepada mereka.
f.         Kontradiksi intermisis
Menunjukkan pertentangan dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya.
Contoh:
·         Semua warga telah tranmigrasi, kecuali keluarga Pak winarso.
·         Semua undangan telah hadir, selain Bapak Lurah.
g.        Anakhronisme
Menunjukkan hal yang tidak mungkin terjadi mengingat perkembangan sejarah.
Contoh:
·         Begitu lahir ia memanggil ibunya.
·         Perang Majapahit waktu itu diawali dengan perang rudal yang mengerikan.
Majas pertautan
a.       Alusio
Menggunakan peribahasa yang yelah umum dan diperkirakan semua orang telah memahami maknanya.
Contoh:
·         Hati-hati jangan sampai terjadi peristiwa madiun terjadi lagi.
·         Ah, kamu itu gaharu cendana pula.
·         Perbuatan anak itu sekali merengku dayung dua tiga pulau terlampaui.
b.       Metonimia
Berkaitan dengan merk perusahaan.
Contoh:
·         Ia sedang menghisap gudang garam.(rokok)
·         Ke sekolah ia naik honda.(motor/mobil)
·         Ayah membeli djarum.(rokok)
c.        Sinekdoke pars pro toto
Menyebut sebagian untuk seluruh.
Contoh:
·         Dian membeli tiga ekor lembu.
·         Setiap kepala dikenakan sumbangan seribu rupiah.
·         Mamat belum menampakkan batang hidungnya hari ini.
d.       Sinekdoke totem pro parte
Menyebut seluruh untuk sebagian.
Contoh:
·         Indonesia akhirnya menang 2-0 atas malaysia.
·         SMU 7 menjuarai lomba baca puisi.
·         Terjadi tawuran antar pelajar SMA 21 dengan SMA 5.
e.        Eufemisme
Menggunakan kata-kata pantang atau kata-kata sopan.
Contoh:
·         Anak itu agak terganggu pikirannya.(gila)
·         Maaf, kami ikut ke belakang sebentar.(WC)
·         Karena pegawai itu tidak disiplin, pegawai itu diberhentikan.(dipecat)
f.         Inversi
Dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh:
·         Paman saya wartawan.(wartawan, paman saya.)
·         Dia datang.(datang dia)
g.        Alusi
Menunjuk secara tidak langsung pada tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui banyak orang.
Contoh:
·         Banyak korban berjatuhan akibat kekejaman Nazi.
·         Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakhri?

h.       Elipsis
Kalimatnya terdapat penghilang kata atau bagian kata.
Contoh:
·         Dia dan Ibunya ke Tasikmalaya. (penghilang predikat pergi)
·         Lari!(penghilang subjek kamu)

i.         Antonomasia
Menyatakan sesuatu hal menjadi pengganti yang diterangkan/julukan.
Contoh:
·         Nah itu dia , si Kriting datang.
·         Si Gendut kini telah tiada.
Majas penegasan
a.       Pleonasme
Menggunakan kata yang berlebih-lebihan.
Contoh:
·         Mereka turun ke bawah gunung, sambil bergandengan.
·         Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.
·         Mereka maju ke depan kelas dengan senang hati.
b.       Repetisis
Mengulang-ulang kata untuk menegaskan maksud.
Contoh:
·         Sekali tidak takut, tetap tidak takut.
·         Betul, sungguh betul dia yang mengambilnya.
·         Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.
c.        Klimaks
Menyatakan hal berturut-turut makin lama makin meningkat(naik).
Contoh:
·         Mula-mula ia hanya mengeluh, kemudian merintih, lalu menangis akhirnya menjerit kesakitan.
·         Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil, berjejer memenuhi halaman rumah Pak Kades.
·         Baik itu Pak RT, kepala desa, camat, bupati, gubernur, maupun presiden, memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
d.       Antiklimaks
Menyatakan hal berturut-turut makin lama makin menurun(lemah).
Contoh:
·         Jangankan sepuluh ribu, lima ribu, setatus pun aku tak punya.
·         Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk, semuanya mengibarkan Sang Merah Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan itu.
·         Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid, sudah hadir di lapangan upacara.
e.        Retoris
Kalimat tanya yang sudah diketahui penanya, tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikan, untuk menyakinkan, ataupun sebagai sindiran.
Contoh:
·         Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?
·         Apa ini hasil pekerjaanmu selama bertahun-tahun ini?
·         Apakah ini orang yang selama ini kamu banggakan?
f.         Aliterasi
Menggunakan kata-kata yang huruf awalnya sama.
Contoh:
·         Dara damba daku, datang dari danau.
·         Inilah indahnya impian, insan ingin ingkar.
·         Gue gak gaul gara-gara gue galau.


g.        Paralelisme
Menggunakan kata berulang-ulang. Jika yang diulang kata awal kalimat dinamakan anafora, sedangkan lawannya epifora.
Contoh:
Ø  Anafora
·         Ikut hati mati,
Ikut mata buta,
Ikut rasa binasa.
·         Sunyi itu duka,
Sunyi itu kudus,
Sunyi itu lupa,
Sunyi itu lampus.
Ø  Epifora
·         Sabar itu baik,
Mengalah itu baik
Diam itu baik.
h.       Koreksio
Dipakai jika kita ingin menarik perhatian dengan cara meralat apa yang sebenarnya memang di sengaja dibuat salah.
Contoh:
·         Orang itu sahabatku, oh bukan, bapakku.
·         Dia ada di kantor, oh bukan, dia ada di kamar mandi.
i.         Preiterito
Berpura-pura/menyembunyikan maksud yang sebenarnya dan berharap pendengar menyimpulkan sendiri apa maksud yang ada.
Contoh:
·         Tak perlu saya sebutkan siapa pencurinya, itu di antara kita, kita semua telah tahu.
j.         Enumerasio
Setiap keadaan/suasana dilukiskan secara berpisah-pisah agar keadaan lebih terang, bergerak, dan hidup.
Contoh:
·         Awan tebal bergerak. Angin bertiup kencang. Lambat laun hujan turun. Petir seperti membelah lembah itu.
k.        Ekslamasio
Menggunakan kata seru sebagai penegas.
Contoh:
·         Wah, bagus banget!
·         Aduhai, indahnya akrobat udara kemarin.
l.         Asindenton
Menyebutkan pemerian beberapa hal, berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
·         Meja, kursi, lemari, tikar, bantal, berserakan di dalam kamar.
·         Bumi, bulan, bintang-bintang, merupakan ciptaan Tuhan.
m.      Polisindenton
Menggunakan kata penghubung.
Contoh:
·         Setelah ia pulang maka ia mengambil buku dan sepeda, lalu menjenguk neneknya di kampung.
n.       Antanaklasis
Menggulang kata yang sama, dengan makna yang berbeda.
Contoh:
·         Karena buah penanya yang kontorvesial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
·         Kita harus saling menggantungkan dirisatu sama lain. Jika tidak, kita telah menggantung diri.
o.       Kiasmus
Kalimat yang mengandung perulangan dan inversi.
Contoh:
·         Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
·         Dalam kehidupan ini banyak orang pintar yang mengaku bodoh, dan orang bodoh banyak yang merasa dirinya pintar.
Majas sindiran
a.       Ironi
Menggunakan kata pertentangan dengan yang dimaksud.
Contoh:
·         Baru pukul dua malam mengapa engkau sudah pulang.(yang dimaksud sudah pukul dua malam mengapa baru pulang).
·         Wah, sungguh rajin benar kamu, siang-siang begini masih tiduran!(yang dimaksud dia malas, masih tiduran).
·         Rajin sekali kamu, lima hari tidak masuk sekolah. (yang dimaksud mengapa tidak masuk sekolah selama lima hari)
b.       Sinisme
Menyindir, tetapi lebih kasar daripada ironi.
Contoh:
·         Dasar, kalau omong tidak pernah diatur!
·         Dasar perut karet, apa pun masuk sampai ludes.
·         Bisa-bisa jadi gila melihat kelakuan itu!
c.        Sarkasme
Sindiran kasar, tak layak diucapkan, tidak sopan, menyakitkan telinga.
Contoh:
·         Jijik aku memandangmu yang tak jauh dari anjing liar.
·         Pergi kau bangsat! Jangan lama di sini!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar